Sepulang sholat di
masjid entah kenapa leher dan punggungunya terasa sakit. Sudah dibawa
ke dokter namun tak kunjung sembuh. Istrinya selalu saja mengingatkan
agar bersabar dan berusaha membesarkan hatinya. 'Ini ujian Pak..' Kata
Istrinya. 'Kenapa aku selalu bernasib buruk? Apakah Allah dendam
padaku?' ucap Laki-laki tua itu sambil menangis putus asa.
"Istighfar Pak, Allah
tida
"Istighfar Pak, Allah
tida
k
pernah dendam kepada kita. Untuk apa? Allah tidak membutuhkan apapun."
Lanjut Istrinya. "Tapi mengapa Allah menghukumku? Bukankah itu berarti
Allah membenciku?' Isak tangisnya terdengar. 'Bukan benci Pak, itu
tandanya Allah sayang ama kita. Allah mengingatkan agar kita segera
bertaubat. Mungkin kita pernah melakukan perbuatan dosa yang tanpa kita
sadari.'
'Aku banyak berdosa, istriku.' kata beliau, setelah itu terdiam membisu. Istri yang mendengar apa yang diucapkan suaminya menangis tersedu-sedu. Laki-laki tua itu mengelus kakinya yang terasa sakit luar biasa. Tiba-tiba mengatakan sesuatu. 'Aku melakukan perbuatan dosa yang begitu banyak. Aku hanya ingin bertaubat sebelum ajal itu tiba.' Istrinya tak kuasa membendung tangis berlari meninggalkan dalam kesendirian. Sepeninggal istrinya, matanya menerawang bagaikan rekaman yang diputar ulang, makin lama bayangan itu makin terlihat jelas. Satu persatu wajah terlihat jelas. Wajah-wajah itu tersenyum mengejeknya. Ditangannya terselip amplop dengan nilai rupiah, izin proyek dua milyar, fee bertemu dengan kepala negara satu milyar, makelar kasus tiga milyar, uang jasa memenangkan tender satu juta US Dolar. Bayangan wajah- wajah menyeramkan itu menghilang berubah menjadi lorong bercahaya. 'Astaghfirullah, ampunilah aku Ya Allah..'ucapnya lirih pada tarikan napas terakhirnya, dengan wajah penuh dengan air mata kemudian terdiam untuk selamanya.
'Aku banyak berdosa, istriku.' kata beliau, setelah itu terdiam membisu. Istri yang mendengar apa yang diucapkan suaminya menangis tersedu-sedu. Laki-laki tua itu mengelus kakinya yang terasa sakit luar biasa. Tiba-tiba mengatakan sesuatu. 'Aku melakukan perbuatan dosa yang begitu banyak. Aku hanya ingin bertaubat sebelum ajal itu tiba.' Istrinya tak kuasa membendung tangis berlari meninggalkan dalam kesendirian. Sepeninggal istrinya, matanya menerawang bagaikan rekaman yang diputar ulang, makin lama bayangan itu makin terlihat jelas. Satu persatu wajah terlihat jelas. Wajah-wajah itu tersenyum mengejeknya. Ditangannya terselip amplop dengan nilai rupiah, izin proyek dua milyar, fee bertemu dengan kepala negara satu milyar, makelar kasus tiga milyar, uang jasa memenangkan tender satu juta US Dolar. Bayangan wajah- wajah menyeramkan itu menghilang berubah menjadi lorong bercahaya. 'Astaghfirullah, ampunilah aku Ya Allah..'ucapnya lirih pada tarikan napas terakhirnya, dengan wajah penuh dengan air mata kemudian terdiam untuk selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar